Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari no. 2017)

Kemungkinan terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih besar daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat dari Ibnu Umar, (dia berkata) : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

اِلْتَمِسُوْهَا فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَوْ عَجِزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ علَىَ السَّبْعِ الْبَوَاقِى

“Artinya : Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya” [Hadits Riwayat Bukhari 4/221 dan Muslim 1165]

Kesimpulannya

Jika seorang muslim mencari lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir : 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu ‘a’lam

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Artinya : (Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan

[Tahayalisi 349, Ibnu Khuzaimah 3/231, Bazzar 1/486, sanadnya Hasan]

Disebutkan juga dalam hadits:

(artinya:) Berkata Ubay bin Ka’ab radhiallahu `anhu : “Demi ALLAH yg Tiada Ilah kecuali DIA sungguh malam tsb ada di bulan Ramadhan, aku berani bersumpah ttg itu dan demi ALLAH aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yg kita diperintah Nabi shallallahu `alaihi wasallam untuk menghidupkannya yaitu malam 27 dan tanda2 nya adalah Matahari bersinar di pagi harinya dengan cahaya putih tapi tidak menyilaukan.” (HR Muslim, IV/150, hadits no. 1272)

(artinya) “Pada malam Lailatul Qadar itu tidak panas & tidak dingin, tidak berawan dan tidak hujan dan tidak berangin, tidak juga terang dg bintang2, tanda di pagi harinya adalah Matahari terbit bercahaya lembut.” (HR As-Suyuthi dlm Jami’ Shaghir, di-shahih-kan oleh Albani dlm Shahihul Jami’, XX/175, no. 9603)

Namun terkadang pada lailatul-qadr juga turun hujan, sebagaimana disebutkan pada hadits – hadits berikut:

(artinya:) “Aku melihat Laylatul Qadar lalu aku dibuat lupa waktunya, dan ditampakkan padaku saat shubuhnya aku sujud di tanah yg basah, lalu kata AbduLLAAH : Maka turun hujan atas kami pd malam 23, maka Nabi shallallahu `alaihi wasallam shalat shubuh bersama kami, lalu beliau shallallahu `alaihi wasallam pulang dan nampak bekas air dan tanah di dahi dan hidung beliau shallallahu `alaihi wasallam, lalu dikatakan : Maka AbduLLAAH bin Unais berkata tanggal 23 itulah Lailatul Qadar.” (HR Muslim, VI/80, hadits no. 1997)

(artinya:) Bersabda Nabi shallallahu `alaihi wasallam : “… Aku melihat Lailatul Qadar lalu aku dibuat lupa kapan waktunya, maka barangsiapa yg ingin mencarinya maka carilah pd 10 hari terakhir pada malam2 witirnya dan aku melihat diriku pd malam tsb sujud di atas tanah yg basah… Maka kami kembali dan kami tidak melihat ada awan di langit, maka tiba2 ada awan dan turun hujan sampai airnya menembus sela2 atap masjid yg terbuat dari pelepah Kurma, maka aku melihat Nabi shallallahu `alaihi wasallam sujud di atas tanah yg basah, sampai kulihat bekas tanah yg basah itu di dahi beliau shallallahu `alaihi wasallam.” (HR Bukhari, VII/174, hadits no. 1895)

[pustaka:

Kitab Sifat Shaum Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam Fii Ramadhan, edisi Indonesia Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaaly, Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, terbitan Pustaka Al-Haura, penerjemah Abdurrahman Mubarak Ata.

http://muslim.or.id/ramadhan/menanti-malam-1000-bulan.html

http://moslemsunnah.wordpress.com/2009/09/08/mengenal-tanda-tanda-malam-lailatul-qadar/

http://akashi.uni.cc/content/view/116/31/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Delivery Info

Order Info